Jumat, 13 Desember 2013

senyum dibalik kacamatamu

Hai.. selamat bertemu lagi.

Matanya adalah bagian yang paling ku suka. Sudah lama tak kulihat tatapan mata indah itu. Ya! Kini matanya terlihat lebih indah daripada saat pertama aku mengenalnya. Entah apa yang membuatnya terlihat lebih indah. Setiap Senin pagi seperti ada magnet yang menarikku untuk lebih cepat tiba di kampus. Ya! Kamu pria berkacamata itu! Pria yang setiap seminggu dua kali berada di hadapanku. Seperti ada pancaran kesejukan dari balik kacamatanya.
Hari ini tetap seperti hari-hari biasa saat kita bertemu dengan tujuan yang berbeda, namun dengan tugas yang sama. Sama-sama dituntut untuk saling memahami dan mengerti. Tetap sama, kamu yang duduk berada di depan dan aku memilih bangku yang tepat berada di depanmu. Agar aku dapat dengan leluasa menatap wajahmu. Mengingat baik-baik setiap lekuk yang ada di wajahmu. Senyumu, hidungmu, cara bicaramu, cara menatapmu dan yang paling ku suka adalah mata indahmu dengan kacamatanya.
Kini hobi ku saja sudah berbeda. Melamun. Ya kini aku jadi sering melamun. Aneh! Saat tak melihatmu saja, aku masih dengan jelas membayangkan wajahmu. Aku seperti orang gila dibuatnya. Masih sangat jelas terlintas dalam pikiranku saat kau bercerita bagaimana kuliahmu, gelak tawa mu yang sangat ku nantikan, tatapan mata mu saat memperhatikanku bicara. Semua itu bisa ku rasakan sampai kamu tak berada di depanku.
Ah, kini aku seperti orang gila! Seperti bukan diriku yang ku kenal dulu. Untuk berangkat kuliah saja, ku habiskan waktu setengah jam untuk memilih pakaian yang akan ku kenakan pada hari yang sudah ku pastikan akan bertemu denganmu. Berjalanpun kini tak secepat dulu. Bicara tak selantang dulu. Seperti ingin bilang “bisa kau lihat perbedaanku kini?” tapi tak penting bagiku. Yang terpenting bagiku adalah bisa melihat kamu dengan senyuman dibalik kacamata dan mata indahmu itu.

Dalam setiap kesempatan, aku selalu membayangkanmu datang dan kita dapat berbincang lebih banyak lagi dari kemarin dan hari ini. Dalam mimpiku, tak pernah sedikitpun aku berandai menjadi kekasihmu. Tak pernah muncul kata tanya bagiku. Melihat dan dekat dengan mu saja sudah indah ku rasakan.

Rabu, 26 Juni 2013

Untuk Seseorang yang Ku Cintai yang Mencintai Orang Lain

Menyayangimu, begitu indah ku rasakan. Hari-hariku banyak ku lewati bersamamu. Mulai dari makan siang bersamamu, sampai tertawa bersamamu semua terasa begitu indah. Aku tak pernah berharap ada awan menutupi hari indah kita. Agar hari yang kita lewati bersama tetap terasa indah.

Perhatian yang ku beri, semua hanya ku berikan untukmu. Tapi tidak begitu dengan mu. Tapi bagiku itu tak masalah. Karena aku memang ingin menjagamu. Terutama bisa menjaga hatimu.
Aku tak tahu apa yang ku rasa. Kau begitu menggetarkan hatiku. Apa kau merasakan getaran hati ku? Semua orang merasakan itu. Apa kau juga? Atau hati mu juga bergetar karena aku? Mungkinkah itu terjadi ???

Terkadang aku bingung dengan sikap yang kau berikan kepadaku. Kau begitu perhatian kepadaku. Kau memberikan senyum manismu padaku. Kau yang terkadang membelaku. Membantuku yang tak ku tahu kau ikhlas atau tidak melakukannya. Dirimu seperti tak canggung padaku. Namun terkadang aku juga bingung dengan sikapmu. Kau selalu membuatku menjadi bahan tawaan teman-temanku. Kamu membuat ku terus menunggumu. Menunggu jawaban ketidakpastian. Kau terlalu sering menarik ulur hatiku. Ada kalanya kau begitu baik padaku, namun ada kalanya juga kau menghancurkan perasaanku. Kamu terlalu abu-abu untukku.

Setelah sekian lama ku menanti dirimu. Menanti dirimu yang bisa membukakan hati untukku. Semua itu seperti sia-sia tak ada hasil. Kau lebih memilih bersama masa lalumu yang dulu kau pilih untuk kau tinggalkan. Kini kau tinggalkan aku begitu saja. Tak pernah kah kau berfikir bagaimana aku dan perasaan ku disini? Kau mengumbar kemesraanmu di hadapanku, seolah aku tak melihat yang kau lakukan. Apakah itu semua kau lakukan dengan sengaja? Tak pernahkah kau berfikir bagaimana sulitnya aku akan melupakanmu.

(Mungkin) Tuhan tidak percaya padamu untuk menjaga ku. (Mungkin) Tuhan tidak mengizinkanku bahagia bersamamu. (Mungkin) Tuhan tahu kau bukan laki-laki yang pantas untukku. (Mungkin) Tuhan telah menyiapkan seseorang yang lebih layak untuk menggenggam jemariku dan bisa membahagiakanku lebih dari kamu. (Mungkin) kau memang bukan yang dikirimkan Tuhan untukku. Pastinya Tuhan mempunyai caranya sendiri untuk membahagiakanku. Dan tentu saja Tuhan tahu aku tak kan bahagia bila bersamamu.
Terima kasih Tuhan karena telah membuatku sadar bahwa aku kuat. Aku bisa menghadapi dunia dan hari-hari ku walau tanpa dia. Aku bisa membuat semuanya lebih indah bersama-Mu dan orang-orang yang juga mencintaiku. Kuatkan aku untuk menerima semua kenyataan ini. Berikan aku kesempatan untuk menghapus semua yang ku anggap istimewa ini menjadi hal yang biasa lagi, sampai akhirnya aku bisa menerima kenyataan bahwa seseorang yang ditunggunya adalah seorang wanita di 'belakang'ku.

Terima kasih Tuhan telah mengajarkan ku arti mencinta. Aku mencintainya tanpa harus ku korbankan apapun termaksud perasaan ku sendiri. Aku tak kan menunggunya yang sedang menunggu orang lain. Aku pantas bahagia dengan atau tanpa dia disisiku.

Dan hal yang paling ku sadari alasan aku mencintainya adalah karena cinta itu sendiri.

Rabu, 05 Juni 2013

Kepada Seseorang yang Ku Cinta

Rasanya semua terjadi begitu cepat. Kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap harinya tak lagi sama. Kamu hadir membawa sejuta perubahan bagi ku. Hitam dan putih menjadi lebih banyak lagi warna-warna indah lainnya ketika sosokmu mulai hadir setiap hari dalam hidupku. Namamu mulai menghiasi kekosongan hatiku. Tak ada percakapan biasa. Semua terasa begitu ajaib bagiku. Entahlah, perasaan ini melebihi dari apa yang ku tahu.

Tapi, entah mengapa sikapmu tak seperti sikapku. Tatapan matamu tak setajam tatapan mataku. Perhatianmu tak sedalam perhatiannku. Berdosakah jika aku sering menjatuhkan air mataku untukmu? Aku selalu takut kehilanganmu. Bertemu dalam mimpi saja sudah bersyukur. Bisakah kau ku miliki seutuhnya? Bisakah? Atau aku bermimpikah?

Apakah aku tak berharga dimatamu? Aku tak bisa banyak bicara, juga tak ingin mengutarakan semua yang sudah terjadi. Aku rindu !! Namun aku tak bisa berkata rindu, jika berkali-kali kau ciptakan jarak yang membuat kita semakin jauh. Apakah aku tak pantas bahagia bersamamu? Aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku. Aku mengagumimu yang belum tentu paham dengan rasa kagumku.

Aku bukan siapa-siapa dimatamu, dan tak kan pernah menjadi siapa-siapa. Sebenarnya, aku juga ingin tahu, dimanakah kau letakkan hatiku yang selama ini ku berikan padamu. Tapi pasti kau enggan menjawab dan tak mau tahu dengan rasa penasaranku ini. Siapakah orang yang berutung memiliki hatimu?

Mungkin.... ini semua memang salahku. Yang berharap bisa menjadi lebih dari kakak-adik bersamamu. 
Salahkah jika perasaan ku melebihi dari batas kewajaran ini? Aku mencintaimu tidak hanya sebagai senior, tapi juga sebagai orang yang spesial dalam hari-hari ku.
Namun, ini semua jauh dari harapanku. Mungkin aku terlalu berharap banyak. Aku tidak menyadari posisimu yang jauh dari letak genggaman tanganku.

Tenanglah, tak perlu memerhatikanku lagi. Aku sudah biasa dengan kesakitan ini. Aku sudah biasa menghapus air mata yang jatuh karna mu. Tak perlu basa-basi, aku bisa sendiri. Dan kamu pasti sadar jika aku berbohong kalau aku sudah bisa melupakan mu dengan mudah...

Kamis, 30 Mei 2013

Rasakan Sesaat Menjadi Aku :')

Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, pelukan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, dan membuatku memilih untuk diam.

Menatap matamu secara diam-diam dan mendalam pada obrolan pertama kita, membuatku larut akan ketenangan saat bersamamu langsung ataupun hanya membaca pesan singkatmu. Aku terlalu penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia.... dulu.

Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kaugubris. Bahkan kau jawab semua pertanyaan hatiku tepat sehari setelah hari ulang tahunku. Kamu di sampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kaurasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Apakah kata yang kau ucapkan bahwa kau selalu dipilih oleh perempuan yang pernah menjadi bagian dari hatimu, membuatmu terlihat lebih senang menunggu? Benarkah kamu memang menunggu? Apalagi yang kautunggu jika kausudah tahu bahwa aku mencintaimu?

Kak, tak mungkin kau tak tahu ada perasaan aneh dalam pikiranku. Kekasihku yang belum sempat kumiliki, tak mungkin kau tak memahami perjuangan yang kulakukan untukmu. Kamu ingin tahu rasanya seperti aku? Dari awal, ketika kita pertama kali berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Senyummu adalah salah satu keteduhan yang paling ingin kulihat setiap hari. Dulu, aku berharap bisa menjadi salah satu sebab kau tersenyum setiap hari, tapi ternyata harapku terlalu tinggi.

Semua telah berakhir. Setelah kau jujur mengenai perasaanmu. Aku hancurkan semua impianku begitu saja. Impian yang hanya ingin menjagamu, ada dalam cerita hidupmu.. Semua hancur ketika getar di dada saat melihatmu dan tak berani melihatmu, aku tinggalkan kau begitu saja. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada di sisimu. Ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa, meskipun berada dalam ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa dengan sapaanmu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan "masa lalu"mu (?). Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap waktu. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh.

Kalau kau ingin tahu bagaimana perasaanku,banyaknya kata sebanyak butiran pasir dilaut atau banyaknya bintang di langit tak mampu mendeskripsikan.
Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya, aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun.... sampai kapan aku harus terus mencoba?

Sementara ini saja, aku tak kuat melihatmu menggenggam jemarinya. Sulit bagiku menerima kenyataan bahwa kamu yang begitu kucintai ternyata malah memilih pergi bersama yang lain. Tak mudah meyakinkan diriku sendiri untuk segera melupakanmu kemudian mencari pengganti.
Seandainya kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku tak tahu apa salahku sehingga kita yang baru saja kenal, baru saja mencicipi cinta, tiba-tiba terhempas dari dunia mimpi ke dunia nyata.
Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun tak pernah benar-benar tinggal. Seandainya kau tahu perasaanku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah—memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya persinggahan, tempatmu meletakan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.
Bisakah kaubayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karena ia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kaubayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dengannya?
Bisakah kaubayangkan rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja?